Washington – Pemerintah
Amerika Serikat terus berperang melawan serangan teroris. Setelah
‘berhasil’ melumpuhkan salah satu kekuatan kelompok militan, al-Qaidah,
kini datang serangan baru. Tidak kasat mata, namun bahayanya lebih
mematikan dibandingkan serangan yang menggunakan bom bunuh diri atau
senjata lainnya.
Ya, pihak AS saat ini sedang dibuat pusing dengan serangan cyber. Para hackers
atau peretas menjadi ancaman serius. Bahkan Direktur Intelijen Nasional
AS James Clapper sudah memperingati hal ini saat melaporkan laporan
tahunan pada anggota kongres. “Kekuatannya lebih canggih. Serangan ini
bisa menembus jaringan komputer yang mempunyai perlindungan buruk,”
ujarnya.
Bahkan baru-baru ini, seperti dilaporkan voaindonesia,
Kamis (14/03), pihak AS menuding China menjadi dalang dari serangan di
beberapa situs web pemerintahan dan perusahaan AS. China tidak terima
dengan tudingan tersebut.
Menurut
perusahaan keamanan internet AS, kemungkinan unit militer rahasia China
melancarkan serangan siber ke situs web perusahaan AS. Tapi, hal
tersebut langsung dibantah Wakil Komandan Distrik Militer Nanjing,
China, Wang Hongguang.
Bahkan
Hongguang menyebut AS "maling yang teriak maling." Tak ada bukti nyata
yang menguatkan tuduhan AS. Negeri Tirai Bambu itu akan memperkuat
sistem keamanan internet untuk mempertahankan diri.
Lalu
seberapa mematikannya serangan cyber ini? Departemen Pertahanan Amerika
telah mengungkapkan bahwa pemerintah satu negara asing pernah memasuki
24 ribu berkas atau file rahasia.
Wakil
Menteri Pertahanan William Lynn mengatakan serangan bulan Maret ini
hanya satu dari sejumlah pelanggaran keamanan terhadap jaringan komputer
pertahanan Amerika. Serangan-serangan ini telah membukakan sebagian
dari alat atau sistem yang paling rahasia Pentagon, termasuk pengintaian
dan komunikasi satelit.
Dalam
pidatonya di Universitas Pertahanan Nasional, Lynn mengatakan Pentagon
sebenarnya lebih khawatir akan serangan cyber oleh organisasi teroris
daripada oleh pemerintah negara lain. Ia mengatakan teroris lebih
mungkin untuk membobol jaringan dengan maksud untuk merusak dan
menghentikan jaringan transmisi aliran listrik atau tata keuangan.
Sumber: suaranindonesia.co
0 komentar:
Posting Komentar