Lembaga Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) dalam sebuah
laporannya pada hari Senin (18/3) menyatakan bahwa Turki telah menjadi
importir senjata terbesar ketiga di Timur Tengah.
IRNA melaporkan, think tank Swedia itu mengatakan bahwa impor senjata
oleh negara-negara di Timur Tengah mengalami penurunan sebesar 7 persen
antara tahun 2008-2012 dan 2003-2007.
Selama tahun 2008-2012, 19 persen dari semua transfer senjata utama di
Timur Tengah mengalir ke Uni Emirat Arab (UEA), diikuti oleh Arab Saudi
(18 persen), Turki (17 persen) dan Irak (10 persen).
Laporan tersebut menambahkan, volume impor senjata oleh Eropa Timur
meningkat sebesar 21 persen antara 2003-2007 dan 2008-2012.
Namun,
peningkatan itu sepenuhnya karena Azerbaijan, yang merupakan
satu-satunya negara di kawasan yang meningkatkan volume impornya.
Azerbaijan meningkatkan impor sebesar 155 persen dan impor itu terkait
dengan sengketa yang sedang berlangsung dengan Armenia atas wilayah
Nagorno-Karabakh.
Laporan SIPRI juga mengatakan Cina mengalahkan Inggris sebagai
eksportir terbesar kelima senjata dunia. Volume ekspor senjata Cina naik
162 persen dalam lima tahun 2008-2012, dibandingkan dengan periode lima
tahun sebelumnya. Itu berarti pangsa pasar Cina dari semua ekspor
senjata internasional meningkat dari 2 persen menjadi 5 persen, dan
peringkat negara naik ke urutan kelima.
Pembeli terbesar senjata dari Cina adalah Pakistan, yang menyumbang 55
persen dari ekspor negara itu, diikuti oleh Myanmar dengan 8 persen dan
Bangladesh dengan 7 persen, kata SIPRI.
AS tetap menjadi pengekspor senjata nomor satu dunia selama periode
2008-2012, dengan 30 persen dari volume global. Rusia menduduki posisi
kedua dengan 26 persen, diikuti oleh Jerman dengan 7 persen, dan
Perancis dengan 6 persen, tambahnya.
Lembaga tersebut mengatakan Asia mendominasi impor senjata global, di mana lima importir terbesar terletak di wilayah itu.
0 komentar:
Posting Komentar