Wakil Ketua Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, Tantowi Yahya, mengatakan anggaran pertahanan Indonesia jauh dari nilai ideal. Anggaran pertahanan Indonesia seharusnya mencapai Rp 700 triliun setiap tahunnya. Saat ini, anggaran pertahanan Indonesia hanya sepertujuhnya.
"Kenyataannya yang bisa kita capai untuk tahun ini saja hanya Rp 101 triliun," kata Tantowi dalam diskusi "Situasi dan Kondisi Alutsista TNI" di Jakarta, Jumat, 3 Juli 2015..
Angka sebesar itu, kata Tantowi, belum dibagi dengan belanja pegawai dan belanja rutin. Hanya 40 persen saja yang digunakan untuk alutsista. "Itu juga dibagi lagi untuk pembelian alutsista, perawatan dan pemeliharaan," kata dia. "Kita masih jauh dari ideal."
Meskipun demikian, Tantowi mengatakan, anggaran itu jauh lebih baik dibanding 2009 lalu. Saat itu, anggaran pertahanan Indonesia hanya mencapai angka Rp 33 triliun. "Setidaknya sekarang kita ada komitmen untuk memperkuat pertahanan," kata politikus Golkar itu.
Pada kesempatan yang sama, peneliti Center for Strategic and International Studies Iis Gindarsah mengatakan dukungan finansial sangat dibutuhkan untuk memperkuat sistem pertahanan. Setidaknya, untuk negara seluas Indonesia, anggaran pertahanan adalah 1,5 persen GDP atau Rp 250 triliun. "Ini sudah pernah menjadi komitmen pemerintah dulu. Sekarang tinggal kita minta realisasinya," kata dia.
Iis menambahkan, berdasarkan data CSIS, hingga Desember 2014, TNI mengoperasikan 160 jenis alutsista. Terdiri dari 64 persenjataan matra darat, 56 sistem senjata matra laut, dan 40 senjata matra utara. Namun, sayangnya, 52 persen dari total alutsista itu berusia lebih dari 30 tahun.
Denga rincian yaitu 28 persen alutsista berusia lebih dari 40 tahun, 24 persen berusia 31-40 tahun, 19 persen berusia 11-20 tahun, dan 19 persen berusia 1-10 tahun. "Regenerasi alutsista juga masih berjalan lamban," kata Iis.
Sumber: Tempo
0 komentar:
Posting Komentar