Pelanggaran tapal batas perairan Indonesia di Ambalat oleh Malaysia
masih terus terjadi hingga saat ini. Pemantauan Penerbangan TNI AL,
beberapa kali kapal-kapal Malaysia, baik milik sipil maupun Tentara Laut
Diraja Malaysia, menyeberangi teritori laut Indonesia.
Laksamana Pertama TNI Sugianto Kepala Pusat Penerbangan TNI AL pada suarasurabaya.net,
Kamis (21/2/2013) mengatakan pelanggaran tapal batas laut di Ambalat
tahun ini tidak sampai menyulut insiden serius. "Kalau di Ambalat,
biasanya cukup kita bayangi saja kapal-kapal Malaysia, mereka sudah
pergi," kata dia.Yang agak lebih rumit masalahnya, kata Sugianto, adalah perairan Laut China Selaran. Kata dia, kawasan sekitar Natuna ini diklaim oleh 9 negara. Kawasan kaya sumber migas ini menjadi perhatian TNI. Untuk itu patroli rutin dilakukan di sana.
Dalam setahun, kata dia, lebih dari 3 ribu kapal di perairan perbatasan, seperti Natuna, Ambalat, dan perairan Sulawesi Utara dideteksi oleh pesawat-pesawat dari Penerbangan TNI AL. Diantara kapal-kapal itu, ada puluhan yang ditindak. Kebanyakan karena pelanggaran, misalnya illegal fishing, trafficking, dan pelanggaran tapal batas.
"Kita juga tidak menampik kemungkinan kegiatan-kegiatan melanggar hukum yang dilakukan kapal-kapal sipil itu sebenarnya adalah aktivitas mata-mata. Untuk itu kita selalu melakukan pantauan dan laporan ke Mabes TNI," ujarnya.
Saat ini, jelasnya, masih terus dilakukan perundingan diplomatik antara Pemerintah RI dan pemerintah negara tetangga tentang sengketa-sengketa perbatasan. Tapi dari sisi militer, kata dia, TNI terus melakukan langkah untuk mencegah pihak asing mengganggu kedaulatan RI, diantaranya dengan melakukan latihan militer seperti yang dilakukan pada 2012 lalu. Saat itu TNI melakukan uji coba penembakan rudal permukaan ke permukaan Yakon. "Ini agar timbul efek deteren tentang kehadiran militer RI di sana," ujarnya.
Sumber: suarasurabaya.net
0 komentar:
Posting Komentar