Selamat Datang, Salam "BELA NEGARA" , "NKRI HARGA MATI"
Home » » Langkah Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan gusarkan negara tetangga

Langkah Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan gusarkan negara tetangga

Written By Jurnal Pertahanan on Kamis, 16 Oktober 2014 | 17.12

Program besar-besaran gelaran umum Tiongkok di kepulauan kecil Paracel dan Spratly di Laut Tiongkok Selatan dipandang sebagai upaya untuk menguatkan klaim kontroversialnya untuk mengendalikan 90 persen dari jalur perairan internasional yang penting itu.

Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok [PLA] mengadakan upacara pengibaran bendera di sembilan pulau dan beting di kelompok kepulauan Paracel dan Spratly dalam rangka merayakan ulang tahun negara Republik Rakyat Tiongkok, media melaporkan pada 2 Oktober. Acara tersebut kemungkinan akan makin meningkatkan ketegangan antara Tiongkok dan negara-negara tetangganya.

Tiongkok mengambil alih kendali administratif Kepulauan Paracel dari Vietnam Selatan pada tahun 1974. Rezim komunis Hanoi menegaskan kembali klaimnya atas kepulauan itu pada tahun berikutnya setelah bersatunya Vietnam.

“Tiongkok mengirim anjungan pengeboran minyak [HYSY 981] ke perairan Kepulauan Paracel pada bulan Mei, yang mengakibatkan situasi buntu di antara kedua negara itu di kawasan tersebut dan demonstrasi serta aksi unjuk rasa di Vietnam, di mana perusahaan-perusaahan yang dipandang sebagai milik warga Tionghoa diserang,” lapor Want China Times [WCT] yang berbasis di Taiwan.

Upacara dengan tujuan menguatkan klaim Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan diadakan di Pulau Woody, Pulau Tree, Beting Utara, Pulau Drummond, Pulau He Duck, Pulau Robert, Gili Observation, dan Beting Antelop di Kepulauan Paracel dan di Beeting Mischief di Kepulauan Spratly dan diberitakan oleh 40 situs berita Tiongkok, lapor WCT.

“Pulau Woody saat ini adalah pulau terbesar di Paracel dan berfungsi sebagai ibu kota dari Prefektur Sansha yang didirikan Tiongkok pada tahun 2012, yang terdiri atas Kepulauan Spratly, Kepulauan Paracel, dan Gili Macclesfield, semuanya wilayah sengketa,” kata WCT.

Kepulauan Spratly diklaim oleh Tiongkok, Brunei, Taiwan, Malaysia, Vietnam, dan Filipina, sementara kedaulatan atas Kepulauan Paracel diperebutkan oleh Taiwan, Tiongkok, dan Vietnam.

Tiongkok kirim kapal perusak baru ke kawasan

Beijing mendukung upacara simbolis dan kuasi-legal ini dengan memperluas kekuatan angkatan lautnya di kawasan itu.

“Tiongkok telah mengerahkan kapal perusak berpeluru kendali tercanggih ke Laut Tiongkok Selatan yang disengketakan untuk ikut serta dalam sebuah latihan AL berskala besar,” laporThe Diplomat pada 3 Oktober, mengacu pada kapal Kunming yang dioperasikan pada bulan Maret.

“Tiongkok secara resmi mengoperasikan kapal Kunming pada bulan Maret dengan banyak gembar-gembor di media Tiongkok. Tipe-052D sejauh ini adalah kapal perusak tercanggih Tiongkok dan sering dibandingkan dengan Aegis DDG kelas Arleigh Burke milik Amerika Serikat. Alhasil, Type-052D sering disebut sebagai Aegis Tiongkok. Tiongkok diperkirakan nantiya akan meluncurkan enam kapal kelas ini,” laporThe Diplomat. “DDG Tipe-052D akan menjadi aset penting dalam sebagian besar adu kekuatan AL yang dapat dibayangkan yang melibatkan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, Laut Tiongkok Timur, atau Taiwan.”

Pengerahan Kunming dipandang sebagai bagian dari strategi Tiongkok untuk memperkuat klaimnya atas lebih dari 90 persen wilayah Laut Tiongkok Selatan.

“Tiongkok saat ini sedang mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuannya mengawasi secara lebih aktif wilayah-wilayah lebih jauh dari klaim luasnya atas kedaulatan Laut Tiongkok Selatan. … Dari segi kelautan, hal ini berarti Tiongkok mampu mempertahankan patroli jarak jauh dan melindungi aset-aset ini dari potensi lawan,” laporThe Diplomat. “Dengan membangun pangkalan-pangkalan logistik di kepulauan karang dekat Filipina, Tiongkok secara aktif mencoba mencapai tujuan pertamanya. DDG Tipe-052D akan membantunya mencapai tujuan kedua.”

Analis keamanan dan penulis tentang Asia Timur Gordon C. Chang setuju dengan penilaian ini.

“Ambisi Tiongkok semakin bertambah seiring pertumbuhan kekuatan angkatan lautnya. Tiongkok tidak akan berhenti sampai dia dihentikan,” katanya kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF].

Strategi Tiongkok tidak hanya menggusarkan negara-negara tetangga dekatnya, tetapi juga menimbulkan gelombang kejut hingga sejauh India.

Pemimpin India dan AS ungkapan keprihatinan

Baru-baru ini, Perdana Menteri terpilih India, Nahendra Modi, mengunjungi Presiden AS, Barack Obama, pada awal bulan Oktober untuk membahas kecemasannya soal kebijakan Beijing di Laut Tiongkok Selatan, dengan mempertaruhkan hubungannya yang tengah berkembang dengan Tiongkok.

“Untuk pertama kali, sebuah pernyataan gabungan India-AS secara khusus menyebutkan situasi di Laut Tiongkok Selatan sementara Presiden Barack Obama dan PM Narendra Modi mengungkapan keprihatinan mereka atas ‘ketegangan yang meningkat terkait sengketa wilayah maritim’ di kawasan tersebut,” lapor theTimes of India pada 2 Oktober.

Surat kabar itu mencatat bahwa insiden terbaru antara pasukan darat Tiongkok dan India di Pegunungan Himalaya mungkin telah memengaruhi reaksi Modi.

“Pernyataan gabungan itu dikeluarkan setelah rapat bilateral antara kedua pemimpin yang diadakan beberapa hari setelah situasi kebuntuan dengan Tiongkok di Ladakh bagian tenggara berakhir dengan penarikan pasukan Tiongkok dan India. Kebuntuan LAC [Garis Kendali Nyata] terus berlanjut selama beberapa hari bahkan setelah Presiden Xi Jinping meyakinkan Modi saat berkunjung ke India bahwa pasukan Tiongkok telah diminta untuk mundur,” tulis surat kabar tersebut.

Vietnam bereaksi terhadap Tiongkok

Vietnam bereaksi terhadap pola percepatan penegasan kedaulatan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan dengan mendekatkan diri ke India, lebih dekat dari yang pernah dilakukannya dalam sejarah.

Pada tanggal 15 September, India dan Vietnam menyerukan kedamaian di Laut Tiongkok Selatan dan menandatangani surat minat yang menawarkan India tujuh blok minyak dan gas untuk kepentingan eksplorasi dan produksi.

Setelah kunjungan empat hari oleh Presiden India, Pranab Kumar Mukherjee, kedua pemerintahan itu mengeluarkan pernyataan resmi bersama yang menyatakan mereka sepakat untuk memperkuat dan memperdalam kerja sama bilateral atas dasar kemitraan strategis.

Sumber: APD Forum
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger

Defence Media Center

Kementerian Pertahanan

HARI BELA NEGARA 2015

HARI BELA NEGARA 2015

PERHATIAN

"Bagi Sobat Readers ingin mempublikasikan kembali tulisan ini di website atau blog Sobat Readers, mohon cantumkan link aktif artikel yang bersangkutan termasuk semua link yang ada di dalam artikel tersebut"

Terima kasih

Admin

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. JURNAL PERTAHANAN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger